Jumat, 02 Desember 2016

Nyamei, Sinden ala Bengkulu Bernyanyi Sambil Menutup Wajah

Nyamei
Nusantaraku.com - Suku Jawa mengenal sinden, penyanyi yang muncul di sela pagelaran pewayangan dan musikal Jawa. Di Bengkulu, juga terdapat seni serupa di kalangan warga masyarakat Suku Rejang yakni Nyamei atau Ngandak.
Akulturasi yang kuat antara sejarah suku Jawa dan Rejang diduga memunculkan seni nyamei. Banyak budaya Jawa yang terakulturasi secara kuat pada Suku Rejang, termasuk dalam berkesenian.
Nyamei atau Ngandak sudah mulai ditinggalkan oleh tradisi Suku Rejang seiring waktu dan perlu dilestarikan. Dahulunya menurut Samsul Hilal, anggota Badan Musyawarah Adat (BMA) Rejang Lebong, Nyamei dilakukan sebelum digelarnya Tari Kejei.
Tari Kejei merupakan kesenian rakyat Rejang yang dilakukan pada setiap upacara Kejei berlangsung. Upacara Kejei merupakan hajatan terbesar di Suku Rejang.
Tak heran hajatan ini disebut terbesar karena yang mengangkat hajat kejei tersebut merupakan orang-orang yang mampu dengan pemotongan beberapa kerbau, kambing, atau sapi. Hal ini sebagai syarat sah upacara Kejei.
Tarian tersebut dimainkan oleh para muda-mudi di pusat-pusat desa pada malam hari di tengah-tengah penerangan lampion. Tarian ini sebagai ajang perkenalan antara bujang dan gadis Suku Rejang.
"Namun sekarang, Nyamei banyak mengalami perubahan, tidak harus upacara Kejei, Nyamei bisa dilakukan dengan hanya bernyanyi saja," kata Samsul.
Nyamei dilakukan cukup unik. Penyanyinya menggunakan pakaian adat Suku Rejang. Selain itu ia memakai kipas atau selendang yang digunakan sebagai penutup wajah.
Penyanyi Naymei atau Penyamei selalu menyanyikan lagu-lagu sedih. Bercerita tentang perjuangan seorang ibu, perjuangan masyarakat. Tidak sedikit penonton yang memahami bahasa Rejang akan menitikkan air mata menyimak lagu-lagu sedih tersebut.
"Ada pesan moral yang disisipkan dalam nyanyian Penyamei," tambah Samsul.
Nyamei biasanya hanya diiringi seruling. Tradisi Nyamei bisa dilakukan oleh pria dan wanita. Bedanya kalau Penyamei perempuan maka menggunakan kipas atau selendang sebagai penutup wajah. Jika Penyameinya pria maka tidak perlu penutup wajah.
Jeng Asih , Ratu Pembuka Aura dari Gunung Muria








Info & pemesanan:
Padepokan Metafisika Jeng Asih
Jl. Diponegoro 72, Pati – Jawa Tengah 
Jl. Melawai Raya 17, Blok M – Jakarta Selatan
08129358989 - 08122908585

Tidak ada komentar:

Posting Komentar