Nusantaraku.com-Sebagai salah satu pulau terbesar di Indonesia, Kalimantan memiliki sejuta pesona yang akan membuat kita terkagum-kagum dan bangga untuk menjadi orang Indoneia.
Sebagai salah satu pulau terbesar di
Indonesia, Kalimantan memiliki sejuta pesona yang akan membuat kamu kagum dan
bangga menjadi orang Indonesia. Bukan hanya kekayaan alamnya saja yang melimpah
dan menjanjikan, Kalimantan juga menyimpan wujud kearifan lokal yang masih
terpelihara dengan baik dan selalu dijaga oleh masyarakat adat di sana sebagai
sebuah warisan leluhur yang wajib dilestarikan.
Pulau Kalimantan dihuni oleh suku
asli Dayak yang hingga saat ini masih mendiami rimba dan pedalaman Kalimantan.
Sebagai wilayah yang banyak dialiri oleh sungai-sungai besar di sepanjang hutan
pedalaman Kalimantan, maka tak heran bila penduduk asli Kalimantan memiliki
budaya maritim yang lekat di dalam kehidupan sehari-harinya.
Kata "Dayak" sendiri
hingga saat ini masih sering diperdebatkan maknanya, sebagian orang mengatakan
bahwa "Dayak" berarti manusia, sementara sebagian besar lainnya mengartikannya
sebagai pedalaman. Di dalam masyarakat Kalimantan sendiri terdapat perbedaan
makna tersebut, di mana orang Dayak Tunjung dan Benuaq mengartikan
"Dayak" sebagai hulu sungai, sementara di sisi lain masyarakat Dayak
Iban mengartikannya sebagai manusia.

Upacara Adat
Suku dayak merupakan suku yang
memiliki keunikan dan kedekatan yang sangat kental dengan alam di sekitar
mereka, hal ini dapat kita lihat dengan adanya beragam upacara adat yang sering
digelar di antara mereka. Di dalam pelaksanaannya, upacara adat merupakan
sebuah perwujudan ritual yang dilaksanakan dengan tujuan tertentu demi
mendapatkan suatu manfaat bagi kehidupan atau sebagai sebuah ungkapan syukur
kepada Tuhan dan juga leluhur.
1.Pekan Gawai Dayak

Pada dasarnya Gawai Dayak merupakan
sebuah upacara tahunan yang digelar di semua perkampungan / wilayah yang
terdapat di Kalimantan Barat yang mayoritas penduduknya adalah suku Melayu dan
Dayak. Pelaksanaan upacara ini dilakukan pada masing-masing wilayah dengan nama
yang berbeda-beda di mana orang-orang menamainya dengan Gawai, Naik dango, Maka
Dio dan Pamole Beo.
Perayaan upacara ini akan dilakukan
oleh seluruh penduduk kampung yang dipimpin oleh seorang tetua adat atau tetua
kampung sebagai pemimpin ritual. Dalam pelaksanaannya pemimpin ritual akan
memanjatkan doa-doa dan mantra kepada roh para leluhur di dalam bahasa Dayak.
Pembacaan doa ini akan diakhiri dengan acara makan bersama, di mana beragam
hidangan dan panganan khas suku Dayak akan disajikan sebagai santapan.

Gawai Dayak merupakan perayaan acara
syukur sesudah panen di tingkat Provinsi, di mana semua suku Dayak dari
berbagai daerah berkumpul bersama untuk merayakan upacara ini secara
bersama-sama. Di dalam perayaan Gawai dayak, beragam perlombaan tradisional
dihelat, seperti: pertunjukkan tarian dan nyanyian dari daerah masing-masing
peserta, serta pameran barang-barang kebudayaan dan makanan khas dari tiap-tiap
daerah. Gawai Dayak merupakan sebuah perayaan meriah yang menyatukan semua
masyarakat Dayak.
Pada tahun 1992 nama Gawai Dayak
diubah menjadi Pekan Gawai Dayak, di mana perayaan ini dicanangkan untuk
dilaksanakan selama sepekan penuh. Pekan Gawai Dayak merupakan sebuah pesta
tahunan yang paling ditunggu-tunggu baik oleh masyarakat Dayak maupun
masyarakat umum, karena perayaan ini bukan hanya sebagai sebuah sarana
mempererat hubungan antar suku Dayak tetapi juga sebagai sarana hiburan bagi
masyarakat umum dan sebagai upaya untuk tetap melestarikan budaya leluhur.
2. Upacara Tabur Beras Kuning
Ini merupakan sebuah ritual yang
dimaksudkan sebagai bentuk perlindungan diri di saat dalam kondisi terdesak.
Pada umumnya ritual ini dilakukan oleh suku Dayak Manyaan atau yang dikenal
juga sebagai Suku Dayak Barito Timur. Di dalam pelaksanaannya, Tabur Beras
Kuning dimaksudkan sebagai sebuah ritual pemanggilan terhadap roh-roh para
leluhur yang dilakukan hanya pada saat suku Dayak Manyaan membutuhkan
perlindungan / dalam kondisi terdesak. Hal tersebut juga menandakan bahwa
upacara ini bukanlah sebuah upacara yang dapat dilakukan dengan sembarangan.
Tradisi dan Aksesoris
1. Tato (Obor)
Bagi suku dayak, tato atau yang
lazim disebut "obor" merupakan sebuah tanda yang lekat hubungannnya
dengan tradisi, religi dan status sosial yang mereka miliki. Dengan
alasan-alasan tersebut, maka tato di dalam masyarakat Dayak adalah suatu hal
yang tidak bisa dibuat secara sembarangan karena memiliki arti yang sangat
mendalam.
Tato di dalam suku Dayak bisa
dimiliki oleh kaum lelaki dan perempuan yang di mana pembuatannya sendiri masih
dilakukan dengan cara tradisional dan sesuai dengan aturan-aturan adat yang
berlaku. Di dalam pembuatannya, tato tradisional suku Dayak dibuat dengan
menggunakan duri buah jeruk yang panjang, namun saat ini pembuatannya bisa
menggunakan beberapa buah jarum sekaligus. Satu hal yang tidak berubah di dalam
pembuatan tato adalah bahan yang digunakan tetap jelaga dari periuk yang
berwarna hitam. Semakin banyak tato, "Obor" yang dimiliki, maka akan
semakin terang dan jalan menuju alam keabadian semakin lapang.
2. Aksesoris

Suku dayak merupakan salah satu suku
yang memiliki kedekatan yang sangat erat dengan alam, mereka hidup di pedalaman
Kalimantan bersama dengan kekayaan alam yang terdapat di sana. Untuk melihat
Suku Dayak dan kehidupan yang mereka jalani, kamu bisa mendatangi Desa Budaya
Pampang di Samarinda dan Festival Budaya Capgomeh di Singkawang. Bila kamu
ingin melihat langsung kehidupan Suku Dayak, bisa memakan waktu perjalanan 2-3
hari untuk menyusuri sungai di Kalimantan.
Jeng Asih, Ratu Pembuka Aura dari Gunung Muria
Jeng Asih, Ratu Pembuka Aura dari Gunung Muria
.
Info & pemesanan:
Padepokan Metafisika
Jeng Asih
Jl. Diponegoro 72, Pati – Jawa Tengah
Jl. Melawai Raya 17, Blok M – Jakarta Selatan
08129358989 -
08122908585
Tidak ada komentar:
Posting Komentar