belantara yang lebat, penuh tantangan dan keunikan, tetapi memiliki daya tarik yang membuat orang penasaran. Tak terkecuali mempelajari mistik kejawen yang sarat dengan nuansa spiritual, mistis, dan psikologis. Tak dapat dipungkiri, hingga saat ini, masih banyak kontroversi perihal keberadaan mistik kejawen dan praktiknya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, terlepas dari kontroversi itu, yang pasti, mistik kejawen mempunyai dunianya sendiri, memiliki ruang gerak, dan bernapas dengan leluasa. Lantas, apa sebenarnya mistik kejawen itu? Apakah ia adalah sebuah agama, budaya, aliran kebatinan, atau yang lainnya? Dan, masihkah ajaran kejawen dipegang teguh oleh para pengikutnya di zaman yang serba modern ini? Dan bagaimana pandangan agama Islam tehadap kejawen sendiri?. kita akan membahasnya.
Mengenal Seluk-beluk
Mistik Kejawen
A. Memaknai Mistik
Kejawen
Pernahkah anda
mendengar istilah mistik kejawen? Saya yakin sebagian besar dari anda pernah
mendengar istilah ini, sekalipun anda bukan orang Jawa. Di kalangan masyarakat
Jawa, mistik kejawen sudah menyatu dan mendarah daging dalam sikap dan perilaku
keseharian. Sebagai salah satu contoh, setiap malam-malam tertentu (misalnya
malam jumat legi atau malam satu syuro), masyarakat Jawa akan melakukan
ritual-ritual tertentu lengkap dengan uba rampe yang
diperlukan, seperti sesajen, kembang, kemenyan, dan lain-lain. Nah, praktik
semacam ini merupakan bagian dari perilaku kejawen dalam masyarakat Jawa.
Tidak hanya pada hari-hari
tertentu saja, di dalam tradisi masyarakat Jawa juga sering diselenggarakan
upacara selamatan (slametan) untuk berbagai tujuan, tergantung pada
kebutuhan dan keyakinan masyarakat setempat. Misalnya, selamatan untuk
memperingati hari kelahiran anak, selamatan untuk upacara perkawinan, selamatan
untuk memperingati kematian seseorang, selamatan untuk menolak sihir, selamatan
untuk pindah rumah, selamatan untuk melawan mimpi buruk agar tidak menjadi
kenyataan, selamatan sebagai wujud syukur atas hasil panen, selamatan untuk
memohon kepada arwah, dan lain sebagainya. Untuk beberapa tujuan itulah,
selamatan sudah menjadi hal yang biasa dilakukan secara berkala oleh masyarakat
Jawa.
Meski sebagian besar
dari anda telah sangat familiar dengan istilah mistik kejawen, namun tahukah
anda apa sebenarnya yang dimaksud dengan mistik kejawen itu? Mungkin anda perlu
berpikir dua kali bahkan lebih untuk menjawab pertanyaan ini. Sebab, diakui
ataupun tidak, meski mayoritas masyarakat Jawa dalam tradisi kesehariannya tidak
bisa luput dari praktik kejawen, namun banyak dari mereka yang belum memahami
makna dari istilah mistik kejawen itu sendiri. Sehingga, muncul banyak anggapan
dan pemahaman yang kurang tepat mengenai mistik kejawen di kalangan masyarakat
Jawa. Ada yang menganggapnya sebagai agama, kebudayaan, kepercayaan, dan
berbagai prokonsepsi keliru lainnnya. Lantas, apakah sebenarnya mistik kejawen
itu? Sebelum kita mendefinisikan mistik kejawen secara utuh, mari kita
definisikan terlebih dahulu berdasarkan asal kata penyusunnya, yakni mistik dan
kejawen.
1. Pengertian Mistik
Menurut asal katanya,
kata mistik berasal dari bahasa Yunani, mystikos, yang artinya
rahasia (geheim),serbarahasia (geheimzinnig), tersembunyi (verborgen),
gelap (donker), atau terselubung dalam kekelaman (in het duister
gehuld). Berdasarkan arti tersebut, maka mistik sebagai sebuah paham
(disebut mistisme) dapat dimaknai sebagai paham yang memberikan ajaran yang
serbamistis (misal ajarannya berbentuk rahasia atau serbarahasia, tersembunyi,
gelap atau terselubung dalam kelaman), sehingga hanya dikenal,
diketahui, atau dipahami oleh orang-orang tertentu saja, terutama sekali para
penganutnya.
Sementara itu, menurut
buku karangan De Kleine W.P. Encylopaedie karya G.B.J Hiltermann
dan Van de Woestijne, Sebagaimana dikutip dalam wikipedia.org, kata mistik
berasal dari bahasa Yunani yaitu myein yang artinya menutup
mata (de ogen sluiten) dan musterionyang artinya suatu
rahasia (geheimnis). Kata mistik biasanya digunakan untuk menunjukkan
hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan tentang misteri. Dalam arti luas,
mistik dapat didefinisikan sebagai kesadaran terhadap kenyataan tunggal, yang
mungkin disebut kearifan.
Selain kedua
pengertian diatas, masih banyak mengenai pengertian mistik lainnya, baik
menurut versi Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu antropologi, filsafat, maupun
yang lainnya. Salah satunya:
a. Mistik merupakan
hal gaib yang sangat diyakini hingga tidak bisa dijelaskan dengan akal manusia
biasa.
b. Mistik merupakan
subsistem yang ada dihampir semua agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat
manusia mengalami dan merasakan emosi bersatu dengan Tuhan
Kraton Surakarta |
c. Mistik merupakan
pengetahuan yang tidak rasinal atau tidak dapat dipahami rasio, maksudnya hubungan
sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami oleh rasio
Menurut Prof. Harun
Nasution dalam tulisan Orientalis Barat, Mistisme—yang dalam Islam
adalah tasawuf— disebut sebagai sufisme. Sebutan ini tidak dikenal dalam
agama-agama lain, kecuali khusus untuk sebutan mistisme Islam. Itu artinya, di
dalam dunia Islam, juga terdapat mistik dan aliran mistik, yaitu tasawuf.
Sebagaimana halnya mistisme (mistik dalam dunia kejawen), tasawuf atau sufisme
juga mempunyai tujuan yang sama, yakni untuk memperoleh hubungan langsung dan
disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di
hadirat Tuhan.
2. Pengertian Kejawen
Kejawen adalah sebuah
kepercayaaan atau barangkali boleh dikatakan agama yang terutama dianut oleh
masyarakat suku Jawa dan suku bangsa lainnya yang menetap di Pulau Jawa. Kata
kejawen berasal dari bahasa Jawa, yang artinya segala yang berhubungan dengan
adat dan kepercayaan Jawa. Penanaman “kejawen” bersifat umum, biasanya karena
bahasa pengantar ibadahnya menggunakan bahasa Jawa. Dalam konteks umum, kejawen
merupakan bagian dari agama lokal Indonesia.
Kejawen, dalam opini umum, berisikan tentang seni, budaya, tradisi, ritual, sikap, serta folosofi orang-orang Jawa. Penganut ajaran kejawen biasanya tidak menganggap ajarannnya sebagai agama dalam pengertian seperti agama monoteistik, seperti Islam atau Kristen, tetapi lebih melihatnya sebagai seperangkat cara pandang dan nilai-nilai yang dibarengi dengan sejumlahlaku (mirip dengan “ibadah”). Ajaran kejawen biasanya tidak terpaku pada aturan yang ketat, dan menekankan pada konsep “keseimbangan”. Dalam pandangan demikian, kejawen memiliki kemiripan dengan konfusianisme (paham yang berintikan nilai-nilai moral kebaikan kepada penganutnya), namun tidak sama pada ajaran-ajarannya.
Simbol-simbol “laku”
biasanya melibatkan benda-benda yang diambil dari tradisi yang dianggap asli
Jawa, seperti keris, wayang, pembacaan mantra, penggunaan bunga-bunga tertentu
yang memiliki arti simbolik, sesajen, dan lain sebagainya. Akibatnya, banyak orang
(termasuk penghayat kejawen sendiri) yang dengan mudah mengasosiasikan kejawen
dengan praktik klenik dan pendukunan. Ajaran-ajaran kejawen bervariasi, dan
sejumlah aliran dapat mengadopsi ajaran agama pendatang, baik Hindu, Buddha,
Islam, maupun Kristen. Oleh karena itu, lahirlah yang namanya Islam kejawen.
Menurut Kodiran
(1971), kebudayaan spiritiual Jawa yang disebut kejawen ini memiliki ciri-ciri
umum. Pertama,orang Jawa percaya bahwa hidup di dunia ini sudah
diatur oleh Tuhan Yang Mahakuasa. Mereka bersifat menerima takdir sehingga
mereka tahan dalam hal menderita.Kedua, orang Jawa percaya pada
kekuatan gaib yang ada pada benda-benda, seperti keris, kereta istana, dan
gamelan. Benda-benda tersebut setiap tahun harus dimandikan (dibersihkan) pada
hari Jum’at Kliwon bulan Suro dengan upacara siraman. Ketiga, orang
Jawa percaya terhadap roh leluhur dan roh halus yang berada di sekitar tempat
tinggal mereka. Dalam kepercayaan mereka, roh halus tersebut dapat mendatangkan
keselamatan apabila mereka dihormati dengan melakukan selamatan dan sesaji pada
waktu-waktu teretentu.
B. Asal Usul Kejawen
Asal usul kejawen
sebenarnya bermula dari dua tokoh misteri, yaitu Sri dan Sadono. Sri sejatinya
adalah penjelmaan Dewi Laksmi, istri Wisnu, sedangkan Sadono adalah penjelmaan
dari Wisnu itu sendiri. itulah sebabnya, jika ada anggapan bahwa Sri dan Sadono
adalah kakak beradik, kebenarannya tergantung dari mana kita meninjau. Namun,
kaitannya dengan hal ini, Sri dan Sadono sesungguhnya adalah suami-istri yang menjadi
cikal bakal kejawen.
Dewi Sri dan Wisnu,
menurut Tantu Panggelaran, memang pernah diminta turun ke arcapada untuk
menjadi nenek moyang di Jawa. Dalam Babad Tanah Jawi juga
dijelaskan bahwa orang pertama yang membabad (menempati/tinggal) Tanah Jawa adalah
Batara Wisnu. Sumber ini meneguhkan sementara bahwa nenek moyang masyarakat
Jawa memang seorang dewa. Dengan demikian, kaum kejawen sebenarnya berasal dari
keturunan orang yang tinggi tingkat sosial dan kulturnya. Selanjutnya, Dewi Sri
dianggap menjelma ke dalam diri tokoh Putri Daha bernama Dewi Sekartaji atau
Galuh Candrakirana, sedangkan Sadono menjadi Raden Panji. Keduanya pernah
berpisah, namun akhirnya bertemu kembali.
Menurut beberapa
sumber, pertemuan Sri dan Sadono atau Panji dan Sekartaji terjadi di Gunung
Tidar, Magelang, Jawa Tengah. Tempat itu kemudian oleh Sadono dan Sri diberi tetenger (tanda),
dengan menancapkan paku Tanah Jawa. Hal ini sekaligus untuk mengokohkan Tanah
Jawa yang sedang berguncang. Dan, sejak itu, Tanah Jawa kembali tenang. Paku
tersebut kelak dinamakan Pakubuwana (Paku Bumi). Pakubuwana
inilah yang membuat orang Jawa tenang, sehingga keturunan Sri dan Sadono
menjadi banyak. Hanya saja, keturunan mereka ada yang baik dan ada yang buruk.
C. Karakteristik
Kejawen
Pada umumnya, orang
Jawa percaya bahwa semua penderitaan akan berakhir bila telah muncul Ratu Adil.
Kepercayaan akan benda-benda bertuah serta melakukan slametan merupakan upaya
orang Jawa untuk melakukan harmonisasi terhadap alam sekelilingnya. Selain itu,
inti dari ajaran kejawen adalam amemayu hayuning bawana,yang dimuat
dalam Kakawin Arjuna Wiwaha (Mpu Kanwa, 1032). Menjelaskan
ajaran ini, Mpu Kanwa menggambarkan tugas seorang pimpinan yang harus
memperbaiki dan memakmurkan dunia, seperti dinyatakan dalam Pupuh V bait 4-5.
Sunan Pakubuwana IX (1861-1893) mengubah bait tersebut dalam serat
Wiwaha Jarwa menjadi “Amayu jagad puniki kang parahita, tegese
parahita nenggih angecani manahing Iyan wong sanagari puniki” (melindungi
dunia ini dan menjaga kelestarian parahita, arti parahita ialah menyenangkan
hati orang lain di seluruh negeri ini).
Tugas hidup amemayu
hayuning bawana, oleh Ki Ageng Suryamentaram dan Ki Hajar Dewantara,
dikembangkan menjadi mahayu hayuning bangsa, mahayu hayuning bawana (memelihara
dan melindungi keselamatan pribadi, bangsa, dan dunia). Tugas amemayu
hayuning bawana jelas merupakan kewajiban bagi setiap orang
sebagai pemimpin.
Kejawen |
D. Hal yang berbeda
dalam Mistik Kejawen
Ada beberapa hal yang
membedakan mistik kejawen dengan agama, ajaran, atau mistik-mistik lainnya.
Pertama, kejawen tentu saja tidak memiliki kitab suci sebagaimana layaknya
agama-agama yang ada. Sebab, kejawen bukanlah agama, melainkan pandangan hidup
yang sudah turun-temurun ribuan tahun melalui proses interaksi antara manusia
dengan jagad raya.
Kedua, jika
didefinisikan mistik kejawen merupakan hasil interaksi nilai-nilai kearifan
lokal yang terjadi sejak zaman kuno pada masa kebudayaan spiritual animisme,
dinamisme, dan monteseisme hingga saat ini.
Ketiga, walaupun latar
belakang keagamaan masyarakat Jawa berbeda-beda, namun mereka memiliki unsur
kesamaan dalam tatalaksana ritual Jawaisme. Perbedaannya hanya terletak pada
bahasa yang digunakan dalam doa atau mantra. Namun, hakikat dari ritual sebenarnya
sama saja, yakni bertujuan untuk selamatan.
E. Teori Mistik
Kejawen
Mistik kejawen adalah
suatu upaya spiritual ke arah pendekatan diri kepada Tuhan yang dilakukan oleh
sebagian masayarakat Jawa. Pada dasarnya ada beberapa alasan mendasar menjalankan
mistik kejawen. Alasan ini berhubungan dengan hakikat hidup manusia, dimana
hidup manusia dituntut harus berbuat yang sejalan dengan kehendak Tuhan. Itulah
sebabnya, manusia menjalankan berbagai laku yang dikenal sebagai ritual mistik
kejawen. Hal ini sejalan dengan pandangan antropolog, Geertz. Bahwa ada
beberapa postulat yang berhubungan dengan teori mistik, diantaranya sebagai
berikut:
1. Dalam kehidupan
sehari-hari manusia, perasaan tentang “baik” dan “buruk”, serta “kebahagiaan”
dan “ketidakbahagiaan” saling bergantung dan tidak bisa dipisahkan. Tak satu
pun manusia bisa berbahagia sepanjang waktu, tetapi secara terus-menerus berada
di antara dua keadaan ini dari hari ke hari, jam ke jam, menit ke menit.
2. Tujuan manusia
adalah untuk “tahu” dan “merasakan” rasa tertinggi ini dalam diri sendiri.
prestasi demikian membawa kekuatan spiritual, suatu kekuatan yang bisa
digunakan untuk maksud baik maupun buruk dalam soal-soal duniawi.
3. Pada tingkat
pengalaman dan eksistensi tertinggi, semua manusia adalah satu dan sama serta
tidak ada individualitas.
4. Karena tujuan semua
manusia untuk mengalami rasa, maka sistem religi kepercayaan dan
praktik-praktiknya seharusnya hanyalah merupakan alat untuk mencapai tujuan
tersebut dan hanya baik sepanjang semua itu bisa membawa kesana.
Dari beberapa postulat
di atas, tampak bahwa mistik kejawen memiliki tujuan mulia. Melalui olah rasa
dan penghayatan batin yang mendalam, seorang pelaku mistik akan mencapai rasa
tertinggi dan selanjutnya hidupnya akan tenteram dan damai.
F. Dasar-Dasar
Filsafat Jawa (Kejawen)
Adapun dasar-dasar
filsafat Jawa adalah sebagai berikut.
1. Kesadaran Religius
Keimanan dan
kepercayaan kepada sesembahan (Tuhan) mendasari munculnya sistem religi dan
ritual penyembahan, yaitu sembah raga, jiwa, dan sukma, yang mencakup semua
daya hidup berupa cipta, rasa, karsa, dan daya spiritual. Ritual itu bisa
berbentuk tapa brata, yang terdiri dari lima laku, yakni mengurangi makan, dan
minum, mengurangi keinginan hati, mengurangi nafsu berahi, mengurangi nafsu
amarah, dan mengurangi berkata-kata atau bercakap-cakap yang sia-sia.
2. Kesadaran Kosmis
Kesadaran kosmis
menggambarkan hubungan manusia dengan alam semesta dan isinya. Kesadaran kosmis
ini mencitrakan ritual sesaji dengan falsafah semua yang ada di semesta
adalah satu yang berasal dari Sang Pencipta. Falsafah ini mendasari pengetahuan
kesatuan, berupa hubungan kosmis-magis manusia dan alam seisinya.
3. Kesadaran Peradaban
Kesadaran peradaban
adalah pemahaman mengenai hubunan manusia dengan manusia. Kesadaran ini
berwujud ajaran manusia sebagai makhluk utama harus berhubungan dengan sesama
manusia dalam keutamaan (beradab). Kesadaran peradaban ini mewujudkan kesadaran
berintegrasi, terlebih dalam bernegara.
Memahami Konsep Ajaran
Kejawen
A. Konsep Kejawen
Tentang Kehidupan Dunia
Pandangan kejawen
tentang makna hidup manusia didunia ditampilkan secara rinci, realistis, logis,
dan mengena di hati nurani—bahwa hidup ini diumpamakan hanya sekedar
“mampir-minum”, hidup dalam waktu sekejap, dibandingkan kelak hidup di alam
keabadian setelah raga ini mati. Pada awalnya Tuhan meminjamkan raga kepada
ruh, dan ruh harus mempertanggungjawabkan “barang” pinjamannya itu, apabila waktu
“kontrak” peminjaman telah habis. Hidup didunia ini hanya sementara. Dan, apa
yang dimiliki manusia di dunia hanyalah merupakan bentuk pinjaman yang
diberikan Tuhan.
B. Konsep Kejawen
tentang Pahala, Dosa, Kebaikan, dan keburukan
Pahala, dosa, kebaikan,
dan keburukan merupakan empat hal yang saling bersinergi. Maksudnya, pahala
merupakan buah ganjaran dari kebaikan dan dosa adalah buah ganjaran dari
keburukan. Dalam agama apapun, konsep ajaran seperti ini hampir sama.
Ajaran kejawen tidak
pernah menganjurkan seseorang menghitung-hitung pahala dalam setiap beribadah.
Bagi kejawen, motivasi beribadah atau melakukan perbuatan baik kepada sesama
bukan karena tergiur surga. Demikian pula dalam melaksanakan sembahyang
menyembah kepada Tuhan Yang Maha Suci, bukan karena takut neraka dan tergiur
iming-iming surga, melainkan dalam kejawen ini disebut sebagai kesadaran
kosmik, bahwa setiap perbuatan baik kepada sesama adalah sikap adil dan baik
pada diri sendiri. kebaikan kita kepada sesama merupakan kebutuhan diri kita
sendiri.
C. Konsep Kejawen
tentang Tuhan
Di dalam pandangan
kejawen, Tuhan tidak pernah menghukum ciptaan-Nya sendiri. Sebab, sebagaimana
semua agama di dunia ini, ajaran kejawen meyakini bahwa Tuhan bisa membuat apa
saja, dan sempurna. Intinya, untuk apa Tuhan harus menghukum makhluk ciptaan-Nya
sendiri? Bukankah Tuhan sesungguhnya dapat membuat manusia sempurna?.
Konsep tentang Tuhan
mencakup konsep mengenai siapa yang disembah (sesembahan) dan siapa yang
menyembah serta bagaimana cara menyembahnya.
Masyarakat kejawen
juga beranggapan bahwa Tuhan merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi
keberadaan-Nya merupakan sesuatu yang mutlak sebagai pencipta alam seisinya.
D. Konsep Kejawen
tentang Alam
Kejawen meyakini bahwa
alam ini terdiri dari tiga jenis, yakni alam fana atau dunia nyata, alam gaib,
dan alam tunggu atau alam barzakh. Alam fana dihuni oleh manusia, binatang,
tumbuhan, dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Adapun alam gaib dihuni oleh jin
dan roh. Jin terdiri dari yang baik dan jin yang jahat yang kemudian disebut
setan atau demit. Roh adalah arwah manusia yang telah meninggal dunia, yang
semasa hidupnya sangat dekat dengan Tuhan sehingga dianugerahi ilmu dari-Nya
serta diberi kesempatan untuk terus bisa mengamalkan ilmunya sampai hari
kiamat. Adapun alam tunggu atau alam barzakh dihuni oleh arwah manusia yang
sudah tenteram untuk menunggu datangnya hari kiamat.
Menurut kejawen,
tugas-tugas makhluk di alam adalah sebagai berikut:
a. Manusia diberikan
tugas untuk mencari bekal sebanyak-banyaknya agar bisamasuk ke surga setelah
hari kiamat tiba.
b. Jin baik diberikan
tugas untuk mencari bekal sebanyak-banyaknya agar bisa masuk ke surga setelah
hari kiamat tiba.
c. Jin yang jahat yang
disebut setan/demit diberikan tugas untuk mengganggumanusia agar tidak bisa
masuk surga dan menemani mereka masuk ke neraka.
Manusia untuk bisa
mencapai tidaklah mudah, sebab setan/demit selalu dan pasti akan menghalangi
dengan berbagai cara dan upaya. Adapun cara-cara yang dilakukan setan untuk
menghalangi, antara lain lewat pesugihan, jimat, santet, dan pusaka.
Pandangan Islam
terhadap Kejawen Sebagai Akulturasi Budaya Islam dan Jawa
Pada dasarnya, Islam
tidak mengenal istilah atau ajaran kejawen. Secara bahasa maupun istilah, di
dalam al-Qur’an dan Hadits tidak ditemukan penjelasan tentang kejawen. Banyak
versi yang mengatakan kejawen muncul seiring dengan datangnya para wali (Wali
Songo) ke tanah Jawa dalam rangka menyebarkan ajaran Islam. Ketika itu, para
wali melakukan penyebaran agama dengan cara yang halus, yaitu memasukkan unsur
budaya dan tradisi Jawa agar mudah diterima serta dipahami masyarakat kala itu.
Inilah, menurut sebagian kalangan, yang menjadi cikal bakal munculnya Islam
kejawen.
Jawa dan kejawen
seolah tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kejawen bisa jadi merupakan
suatu sampul atau kulit luar dari beberapa ajaran yang berkembang di Tanah Jawa
semasa zaman Hinduisme dan Buddhisme. Dalam perkembangannnya, penyebaran Islam
di Jawa juga dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu, bahkan terkadang
melibatkan aspek kejawen sebagai jalur perantara yang baik bagi penyebarannya.
Oleh Wali Songo, unsur-unsur dalam Islam berusaha ditanamkan dalam
budaya-budaya Jawa, mulai dari pertunjukkan wayang kulit, dendangan lagu-lagu
Jawa, ular-ular(petuah berupa filsafat), cerita-cerita kuno, hingga
upacara-upacara tradisi yang dikembangkan khususnya di Kerajaan Mataram
(Yogyakarta/Surakarta). Semua itu merupakan budaya kejawen yang diadaptasi ke
dalam Islam.
Dari penjelasan di
atas, maka secara ringkas dapat disimpulkan bahwa mistik kejawen adalah
bersifat universal bagi siapapun. Laku spiritual kejawen juga beradasarkan
pandangan hidup atau falsafash hidup, atau disebut juga Jawaisme (javanism).
Yang paling utama dalam laku spiritual Jawa adalah perilaku didasari oleh cinta
kasih dan pengalaman nyata. Maka, bagi siapa pun yang mengaku menghayati
falsafah hidup Jawa namun perangainya masih mudah terbawa api emosi, angkara
murka, reaktif, sectarian, dan primodialisme, kiranya belum memahami secara baik
nilai – nilai dalam falsafah hidup kejawen. Mistik kejawen merupakan bagian
dari ribuan mistik yang ada di dunia. Setiap masyarakat bangsa, dan budaya
memiliki nilai – nilai tradisi orthodox tersendiri, sebagai mistik yang
dipegang teguh sebagai pedoman hidup. Sebagai contoh, mistik Islam yang dikenal
dengan orang – orang yang mendalaminya disebut orang – orang zuhud dan sufi,
mistik Buddha dikenal Buddhisme, Mistik Hindu yang dikenal dengan Hinduisme,
dan masih banyak lagi mistik – mistik di dunia ini.
Mistik lebih fleksibel
jika dibandingkan dengan Agama, sebab mistik tidak mempersoalkan latar belakang
ajaran, Agama, ataupun budaya orang yang ingin menghayatinya. Meski demikian,
hal tersebut tidak menimbulkan risiko yang sesungguhnya,keberagaman “kulit”
akan dikulit, lalu diambil sisi maknawiahnya yang bersifat hakikat atau
esensial. Orang Jawa, Hindu, Buddha, Islam dan Kristen bisa saja mempelajari
ilmu tasawuf. Demikian pula sebaliknya, umat Hindu juga bisa mempelajari
falsafah hidup Jawa. Hanya saja, kecenderungan kekuasaan rezim Agama akan
membuat batasan batasan tegas kepada para penghayatan mistik dengan mistik itu
sendiri. Bahkan, sering terjadi prejudice (prasangka), pencitraan secara
subjektif, dan punishment (hukuman) yang berdasarkan kepentingan rezim.
Jangankan terhadap lintas budaya dan Agama, di dalam lingkup Agama itu sendiri
pun kerap terjadi hal – hal tersebut. Maka yang terjadi adalah umat yang
terkesan “Agamais” tetapi sangat miskin pencapaian spiritualnya.
Lalu, bagaimana dengan mistik kejawen? Mistik
kejawen lain daripada yang lain. Kaum kejawen memiliki tradisi asli. Tradisi
tersebut berupa pemujaan kekuatan adikodrati yang diwujudkan dengan ritual
slametan. Itulah sebabnya, mistik kejawen adalah gejala religi yang unik.
Keunikan mistik kejawen berlangsung secara turun – temurun. Kehidupan sehari –
hari , tubuh dan lingkungan sekitarnya adalah sumber “kitab” mistik kejawen
menggunakan slametan. Jadi, slametan adalah inti tradisi kejawen yang menjadi
wahana mistik. Melalui slametan, ritual mistik mendapatkan jalan sasaran sinar
cahaya yang di Ridhoi.
Jeng Asih, Ratu Pembuka Aura dari Gunung Muria
Info & pemesanan:
Padepokan Metafisika
Jeng Asih
Jl. Diponegoro 72, Pati – Jawa Tengah
Jl. Melawai Raya 17, Blok M – Jakarta Selatan
08129358989 –
08122908585
Tidak ada komentar:
Posting Komentar